2013's phase

Tujuh jam menuju pergantian tahun.

Aku teringat segala hal yang terjadi selama setahun ini. Dari dentum detik pertama di awal tahun 2013 hingga waktu-waktu terakhir di bulan Desember. Setahun ini banyak sekali rasanya hal yang aku alami; dan di sini aku mencoba untuk mengingat baik-baik semua hal yang sangat mempengaruhiku di tahun 2013.


Yang pertama, di saat-saat terakhir aku merasakan nikmatnya jadi siswi SMA. Aku dikelilingi sahabat-sahabat yang begitu beragam sifatnya, aku punya teman-teman yang sangat ambisius dan menggebu-gebu untuk mengejar cita-cita, dan aku selalu dicambuk dengan semangat untuk selalu belajar keras demi hasil Ujian Nasional yang baik dan memuaskan. Setiap saat aku menghabiskan waktu untuk belajar bersama mereka, aku tidak pernah merasakan lelah atau 'ini hal yang berlebihan'; karena aku tahu ini tidak akan bisa diulang, jadi, aku nikmati saja setiap celotehan yang aku dengar dari mereka. Aku senang. Aku tidak merasa ini berat karena aku punya teman-teman yang sama-sama berjuang denganku. Aku paham sekarang bahwa setiap manusia butuh sahabat dan teman untuk menemani mereka melangkah dan beraktifitas sehari-hari. Bersosialisasi; merasa disayangi orang-orang dekat dan berbalik menyayangi mereka; adalah hal yang penting dan sangat menyenangkan dalam hidup. Aku tidak bisa hidup seorang diri. Aku merasa sangat beruntung bisa memiliki sahabat-sahabat dan teman seperti mereka; seperti Padmanaba 68.

Lalu kami Ujian Nasional. Setelah itu ada pengumuman undangan SNMPTN; dan aku tidak cukup beruntung untuk diterima di jurusan pilihanku. Aku merasa waktu-waktu persiapan menuju SBMPTN adalah hal yang tidak mudah; aku seperti harus berjuang sendiri meski masih ada segelintir teman yang bernasib sama denganku, tetapi rasanya beda. Aku dan teman-teman seperjuangan SBMPTN hanya bisa pasrah dan tetap bekerja keras agar bisa mendapatkan perguruan tinggi impian. Bukan apa-apa, yang sangat memberatkan kala itu hanyalah bahwa kami tinggal beberapa kepala saja dari 219 teman seangkatan. Dari situ aku belajar untuk bebesar hati; bahwa hidup tidak selalu indah seperti yang kita harapkan. Aku belajar untuk tetap ikhlas dan pasrah; percaya bahwa Tuhan selalu punya rencana indah di setiap tujuan hidup kita. Aku belajar untuk melawan keadaan; aku harus tetap bekerja keras pantang menyerah meski aku sudah sangat lelah untuk belajar lagi, meski saat itu aku harus berjuang sendiri, demi impianku. Aku belajar untuk tetap tegar dan kuat; aku masih punya Tuhan dan keluarga yang selalu ada setiap saat, meski tidak banyak orang dan teman yang bisa memahami aku saat itu.

Kemudian kami wisuda dan merasakan sebuah prom night: 'PTTA 68'. Hanya dua hal yang tergambarkan saat itu; aku; kami semua; sangat bahagia dan ingin waktu berhenti detik itu juga. Kami terlalu sayang dengan diri kami; Padmanaba 68. Kami tidak pernah tahu dan paham bahwa 3 tahun adalah rentang waktu yang sebentar. Kami ingin bisa bersama lebih lama dan lama lagi. Bahkan mungkin selamanya. Aku merasakan ini sangat berat, aku sedih, galau, dan biru berhari-hari, kami semua merasakan hal yang sama. Namun, mimpi kami telah menanti, hanya sejengkal lebih jauh di depan dari momen berkesan itu. Aku belajar lagi kali ini. Hidup terus berlanjut, hidup terus menjalankan rodanya dan mau tidak mau kita harus mengayuhnya lebih keras lagi. Kita mengenal banyak orang; mereka pernah datang ke dalam keseharian kita dan ada saatnya mereka harus pergi untuk kepentingan diri mereka sendiri. Aku sayang teman-temanku, sedih dan pilu sekali rasanya untuk melepas mereka, tetapi akan lebih miris saat aku menahan mereka untuk tidak pergi. Karena aku tahu mereka pergi untuk menjadikan diri mereka lebih baik; untuk masa depan bangsa ini. Aku hanya ingin mereka tahu, mereka selalu hidup di hatiku. Aku sayang kalian, selamanya.

Hidup sebagai anak kuliah dimulai. Aku menempuh 'perjalanan' panjang hingga akhirnya sampai di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Ini artinya aku merantau, aku harus memulai hidup yang sama sekali baru dengan cara hidup yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Banyak orang bilang merantau adalah salah satu cara untuk meninggalkan zona nyaman-mu dan merasakan petualangan menjadi manusia yang sebenanya; ungkapan itu sama sekali tidak salah. Dua minggu pertama menjadi anak rantau adalah masa-masa yang tersulit, karena aku masih belum punya banyak teman, tidak terbiasa dengan keadaan sekitar, belum banyak hal yang harus aku lakukan, setiap malam aku hanya teringat rumah, keluarga, dan sahabat-sahabatku di Jogja. Aku di sini harus mandiri, aku mengurus hidupku ini sendirian. Aku hanya teringat dengan masa-masa saat aku berjuang SBMPTN, bahwa aku harus tegar dan kuat menghadapi sesuatu. Jadilah aku menyabarkan diriku sendiri dan menguatkan diri untuk mencari banyak teman dan banyak kegiatan. Seiring berjalannya waktu, aku mulai memiliki banyak teman, seabrek tugas kuliah, dan mencoba terlibat dalam sebuah UKM di Institut. Kini, hampir lima bulan sudah aku menjalani hidup sebagai mahasiswa-anak kos. Aku tidak tahu berapa banyak hal yang aku dapat dengan perubahan ini. Aku jadi sadar bahwa keluarga adalah tempat yang akan selalu menerimamu, apapun keadaanmu, kapanpun, dan di manapun, dan Allah dan keluargaku adalah rumah terbaik yang pernah ada. Di sini aku sudah terpisah jauh oleh orangtuaku, aku hanya teringat akan perjuangan mereka menyekolahkanku sampai detik ini, aku harus membanggakan mereka dengan prestasiku di Kampus Perjuangan. Aku harus lebih disiplin dan tegas mengatur waktu agar tugas kuliah dan tugas rumah tidak terbengkalai. Aku harus tetap bekerja keras dan tangguh agar aku bisa segera menyelesaikan tugas dan tepat waktu saat pengumpulannya. Aku percaya setiap pengorbanan waktu dan tenaga; tidur sehari hanya 3 jam, sakit, hingga mengulang tugas untuk kesekian kalinya; demi sebuah totalitas tidak ada yang sia-sia; Allah akan menakdirkan seperti harapanmu atau menggantinya dengan lebih baik. Aku harus menjadi orang yang lebih bisa membuka diri agar aku bisa menerima berbagai macam sifat dan karakter teman-teman baruku yang berasala dari berbaai daerah di Nusantara. Dan yang pasti, meskipun berada di kampus ini tidak seperti harapanku di awal, namun aku percaya Allah pasti punya rencana baik di balik ini semua. Aku hanya perlu untuk selalu percaya pada diriku sendiri dan tetap bekerja keras. Dan masih banyak hal yang aku dapat sejak berada di Surabaya yang tidak bisa aku jabarkan di sini satu-persatu...


Jadi, baru pembelajaran ini saja yang aku dapat di 2013. Terima kasih banyak Tuhan, atas semua hal yang Engkau berikan di tahun 2013 ini. Aku tidak bisa meminta lebih banyak lagi, aku merasa sangat bersyukur sekaligus sangat kecil karena masih banyak hal yang harus aku pelajari dalam hidup. Aku tahu di 2014 aku bisa belajar lebih banyak dari ini.


2013, thanks for being the most memorable and valuable year in my life so far.



Surabaya,
31 Desember 2013